Jumat, 04 Februari 2011

Mimpi Seorang Anak CB

1 komentar


Aku berbaring dalam keranjang sambil mendengarkan sudah cukup salah satu lagu dari REPVBLIK yang selalu kudengar setiap saat. Dan setiap aku mendengar lagu itu aku langsung ingat pada seseorang yang selalu aku impikan, dia adalah seorang gadis yang selalu menghantuiku.
“ckckck”, aku selalu teringat dia saat kudengar lagu itu. Dia selalu ada dalam setiap hembusan nafasku.
“huh”, desahku yang tak dapat diartikan dengan kata-kata.
“Mengapa aku selalu kepikiran dia?” aku sangat bingung dengan ungkapan hati kecilku yang selalu membrontak saat kucoba lupakan dia.
Dalam keadaan lemah tak berdaya setelah menghadapi ujian dadakan oleh guru matematikaku, aku masih ingat saat pertama kulihat dia di depan teras kelasku.
“Siapa tu den, kok tinggi banget?”, tanyaku pada Deni teman SMA-ku.
“Mana, tower tu ta?”
“Bukan, gadis tu loch.”
“Oh itu, kayak gitu kamu kagum melihatnya.”, Deni menjawab dengan jawaban yang bertolak belakang dengan apa kata hatiku.
Setelah aku melihatnya, pikiranku tak dapat melepaskan bayangnya.
“hah, mengapa aku selalu mikirin dia.”, batinku sambil melihat gadis itu berjalan menjauh dariku.
Aku selalu berusaha menghentikan partikel-partikel cinta dalam pikiranku masuk dalam rongga hatiku. Harusnya aku sadar bahwa aku hanya anak CB yang tak mungkin dihampiri seorang gadis manis, pendiam, modif seperti dia. Aku harus menghentikan semua mimpi semu ini.
Aku merasa bingung memikirkan semua tentang dia. Siang itu pun aku langsung pulang menuju parkir sekolahku yang dipenuhi dengan motor-motor bagus. Hanya satu yang kulihat sepeda butut, kusam, kotor yaitu CB, motor tuaku yang selalu setia menemaniku kemana ku pergi.
“Hey ndar, gimana hpnya sudah jadi?”, Tanya Ibnu seorang temanku yang menanyakan hpnya yang kemarin kubetulin.
“Maaf ib, belum bisa jadi sekarang, komputerku lagi eror.”
“Lha kapan ndar?”
“Besuk InsyaAllah jadi.”, jawabku sambil mengeluh dalam batin karena banyaknya kerjaan yang harus kuselesaikan. Belum lagi minggu ini aku harus motret pernikahan di desaku.
Namun, keluh kesah ku itu terhenti hilang ditelan bumi ketika kulihat gadis itu turun menuju parkiran, mataku tak dapat berkedip, jantungku rasanya berhenti bekerja, darah dalam pembuluh darah, oksigen yang masuk rasanya semua berhenti setelah aku melihat gadis itu.
“Ndar,,,ndar,, ndar,, Aaaaaaaandar!”
“Ha!”, jawabku spontan.
“Kenapa kamu tu, kaya kesambet setan parkiran saja.”, ejek temanku saat ku bengong melihat gadis itu.
“Ini bukan setan parkiran, ini bidadari parkiran sob.”
“Mana ta ndar.”
“Itu sob, yang baru turun itu.”
“Oalah, itu sih ce-nya temen kita, temen kita yang baru pindah kesini itu, kelas 3 ipa.”
Hati dalam tubuhku yang sebelumnya mekar tiba-tiba layu, susunan partikel-partikel cinta dalam hati untuk gadis itu pun hancur berantakan setelah mendengar kata-kata dari temanku.
Sebenarnya ini tak perlu aku rasakan dan tak perlu aku bermimpi memiliki ataupun memikirkannya. Dia hanyalah mimpi semu dalam hidupku. Aku sadar, aku tak mungkin merubah Cb menjadi CBR.
“Dan tak pernah aku sesali cintaku untukmu, karna bagiku tlah MIMPIkanmu sudah cukup untukku.”, nyanyianku terakhir yang keluar dari mulutku sambil kuteteskan benih air mataku yang menetes pada tangki CBku.
Mungkin itu yang paling pas untuk mengungkapkan semua mimpiku. Aku akan bangkit kembali dengan bayangan semu dia yang selalu mengiringi setiap helai nafasku.